Rabu, 01 Juni 2011

Qin Shi Huang Ti (259 sm - 210 sm)



Kaisar pertama Cina, Qin Shi Huang Ti dari tahun 238-210 SM menyatukan Cina dengan kekuatan senjata dan meletakkan dasar perombakan-perombakan. Perombakan ini merupakan faktor utama dalam penyatuan kultural Tiongkok hingga kini.

Shi Huang Ti dilahirkan tahun 259 SM dan wafat tahun 210 SM. Dia lahir di penghujung tahun dinasti Chou yang didirikan sekitar 1100 SM. Berabad sebelum masanya, dinasti Chou sudah kehilangan keampuhannya selaku penguasa, dan Cina terpecah belah menjadi banyak sekali negara-negara feodal.

Ideologi
Berbagai raja-raja feodal ini tak henti-hentinya bertempur satu sama lain, dan lambat laun beberapa penguasa kecil melenyap. Salah satu dari negeri terkuat yang selalu baku hantam itu Qin, di bagian Cina sebelah barat. Pemimpin-pemimpin kerajaan Qin menganut mazhab filosofis legalis yang dijadikan dasar negara.

Kong Hu Cu menganjurkan agar penduduk diperintah lewat contoh suri teladan akhlak dari pemimpinnya. Tetapi, menurut mazhab filosofi legalis, rakyat tidak cukup baik diperintah lewat cara yang ditunjukkan Kong Hu Cu, karena itu tidak mungkin diterapkan. Mendingan rakyat itu diawasi ketat lewat aturan-aturan keras dan dipaksa tanpa pandang bulu. Hukum dan aturan digariskan oleh penguasa dan penguasa dapat mengubah kalau dia pandang perlu untuk kepentingan politik masa depan negeri.

Bisa jadi akibat berpegang pada ide legalis, bisa jadi juga karena letak posisi geografisnya, atau bisa jadi berkat kemampuan kepemimpinan Qin, negeri itu menjadi negeri paling kuat diantara negeri-negeri kerajaan di Cina pada saat Cheng (keturunan Shih Huang Ti) lahir. Secara simbolis Cheng naik tahta pada tahun 246 SM pada umur 13 tahun, tetapi dalam praktek sebuah dewan memegang pemerintahan hingga Cheng cukup dewasa di tahun 238 SM.

Raja baru itu mengangkat jendral-jendral yang berkemampuan dan dengan semangat berkobar-kobar mengganyang negeri-negeri feodal yang masih tinggal. Negeri feodal terakhir rontok tahun 221 SM dan sesudah itu dia bisa memproklamirkan diri selaku Raja seluruh Cina. Sekedar memberi bobot, dalam rangka usahanya memutus hubungan dengan masa lampau, dia memakai gelar baru dan menyebut dirinya Shi Huang Ti yang maknanya "Kaisar pertama".



Perubahan
Shi Huang Ti segera bergegas melakukan perubahan-perubahan besar. Berdasar tekad mencegah cerai-berainya lagi Cina yang telah merusakkan kerajaan Chou, dia memutuskan menghapus habis seluruh sistem pemerintahan feodal. Wilayah yang dikuasainya dibagi-baginya menjadi 36 propinsi, dan pada tiap propinsi diangkat seorang gubernur sipil yang langsung ditunjuk oleh kaisar.

Shi Huang Ti mengeluarkan dekrit bahwa gubernur propinsi tidaklah lagi berdasar keturunan. Akibat dari keputusan ini, terjadilah kebiasaan memindah-mindahkan gubernur dari satu propinsi ke propinsi lain untuk mencegah kemungkinan timbulnya pejabat daerah yang ambisius dan menyusun basis kekuatan untuk kepentingan dirinya sendiri. Tiap propinsi juga punya pimpinan militer, ditunjuk oleh kaisar dan sewaktu-waktu bisa dipindah kapan saja dia berkenan.

Di samping itu ditunjuknya pula pejabat ketiga untuk memelihara keseimbangan antara gubernur sipil dan gubernur militer. Dia membangun jalan raya yang panjang dan rapi menghubungkan ibukota dengan kota-kota propinsi. Jalan raya itu dibangun sedemikian rupa (di samping arti ekonomisnya) juga sewaktu-waktu dapat digunakan untuk gerakan tentara pusat ke daerah-daerah yang bisa mengganggu keutuhan dan kestabilan kekuatan pusat. Shi Huang Ti pun tak lupa mengumumkan aturan bagi aristokrat-aristokrat lama yang masih hidup harus menetap di ibukota Hsieng yang dengan maksud supaya mereka dapat dengan mudah diawasi gerak-geriknya.

Tetapi, Shi Huang Ti tidaklah puas hingga di situ. Dia tidak puas hanya sampai urusan persatuan politik dan militer semata, tetapi juga berusaha menggalang kesatuan ekonominya. Dia menentukan norma-norma ukuran baik untuk berat timbangan maupun panjang sesuatu barang. Dia menetapkan standar mata uang, macam-macam peralatan, lebar serta panjang kendaraan dan mengawasi konstruksi jalan raya dan saluran-saluran air. Dan dia juga menetapkan sistem hukum yang seragam untuk seluruh Cina berikut standar bahasa tulisan.

Tembok Raksasa Cina
Pembangunan Tembok Raksasa Cina ini adalah salah satu bagian terpenting dalam sejarah arsitektur bangsa Cina. Tembok Raksasa Cina merupakan bangunan terpanjang yang pernah dibuat manusia. Panjang tembok 6.400 kilometer dan tingginya 8 meter. Diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai dinasti untuk menyelesaikan pembangunan tembok ini. Shi huang ti lah yang memulai pembangunan tembok itu.

Sepeninggal Shi huang ti, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming. Bentuk tembok raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda Cina.

Alasan-alasan mengapa tembok besar ini didirikan yakni untuk membatasi wilayah-wilayah perkotaan dan perumahan. Berbagai teori mengapa tembok besar didirikan antara lain sebagai benteng pertahanan, batas kepemilikan lahan, penanda perbatasan dan jalur komunikasi untuk menyampaikan pesan. Bahkan, dalam penemuan prasasti tembok-tembok besar di Shaanxi yang berangka tahun 1589 (pemerintahan Kaisar Jiajing) disebutkan tembok besar didirikan untuk mencegah penebangan hutan.



Terracota Warriors
Terracota Warriors adalah patung-patung prajurit dan kuda yang ditemukan di sekitar Makam Kaisar Pertama China, Qin Shi Huang Ti. Terracota Warriors pertama kali ditemukan pada 1974 oleh beberapa petani setempat di dekat Xian, Provinsi Shaanxi, dengan luas mencapai 14,000 m2. Jumlah patung-patung itu diperkirakan lebih dari 8.000 prajurit, 130 kereta dengan 520 kuda dan 150 kuda kavaleri. Para arkeolog percaya bahwa ada banyak lubang yang masih menunggu untuk ditemukan.

Terkubur didalam tanah sejak 210 SM, Terracota Warriors bertugas sebagai "tentara gaib" penjaga makam sang kaisar. Qin Shi Huang Ti, penguasa brilian sekaligus kejam, pemersatu China dan pembangun Tembok Besar China pertama, konon dihinggapi paranoia dan berambisi untuk tetap berkuasa bahkan dalam kehidupan di alam baka, sebagaimana ia berkuasa di dunia. Tak pelak, di sekeliling gundukan makam raksasanya yang hingga kini tetap tertutup, lubang-lubang terowongan lain menyembunyikan dunia gaib para pejabat negara, prajurit, kereta, kuda, penghibur dan musisi.

Setiap patung TerraCotta Warriors adalah unik, tidak ada yang persis sama, dan berbagai ukuran. Karya-karya ini rumit, diperkirakan telah mengambil 11 tahun untuk menyelesaikannya. Rincian pada setiap mencerminkan peran mereka dalam tentara dengan jenderal menjadi kerumitan tertinggi dan seperti warna seragam dicat untuk mencerminkan peringkat individu dan peran. Salah satu kenangan paling mengesankan dalam sejarah, makam brilian ini masih mempertahankan masa lalu budaya yang kaya dari Dinasti Qin melalui mata ribuan tentara.

Penemuan Terracota Warriors adalah penemuan arkeologis terbesar di abad ke-20. Penemuan ini mengungkap salah satu rahasia besar dalam sejarah China.



Peraturan Kontroversi
Perbuatan kaisar yang paling termasyhur (atau barangkali yang paling tidak populer) adalah peraturan yang dikeluarkannya tahun 213 SM yang mengharuskan bakar semua buku di Cina, kecuali buku-buku yang berkaitan dengan masalah pertanian, kedokteran, catatan sejarah mengenai negara Qin dan buku-buku falsafah yang ditulis oleh pengarang-pengarang penganut faham legalis. Selebihnya (tidak kecuali buku-buku Kong Hu Cu) mesti dimusnahkan. Dengan dikeluarkannya aturan yang kelewatan ini mungkin merupakan contoh pertama adanya sensor besar-besaran dalam sejarah. Dia bermaksud melabrak habis filosofi-filosofi lawannya, khususnya faham Kong Hu Cu. Tetapi, Shi Huang Ti memerintahkan mengkopi buku-buku yang dilarang dan disimpan di perpustakaan di ibukota.

Politik luar negerinya tak kurang keras serta kuatnya. Dia melakukan penaklukan di bagian selatan Cina, dan daerah-daerah yang ditaklukkan dimasukkan ke dalam wilayah Cina. Juga di utara dan di barat pasukannya berhasil, namun dia tidak mampu menundukkan penduduknya secara permanen. Untuk mencegah jangan sampai mereka menyerang Cina, Shi Huang Ti menghubungkan berbagai dinding lokal yang memang sudah ada di perbatasan Cina utara sehingga menjadi jalur tembok raksasa.

Tembok besar Cina itu masih utuh terdapat hingga kini. Konstruksi proyek ini berikut pertempuran-pertempuran dengan pihak luar, membebankan penduduk dengan pajak tinggi, dan ini membuatnya tidak populer. Karena pemberontakan melawan pemerintahan tangan besinya tidak mungkin, serangkaian perbuatan dilakukan orang untuk menghabiskan nyawanya. Tetapi, tak satu pun usaha pembunuhan ini yang berhasil, dan Shi Huang Ti mati secara wajar tahun 210 SM.

Kaisar digantikan putera keduanya bergelar Er Shih Huang Ti. Tetapi, sang anak tidak memiliki kemampuan sang ayah, karena itu beberapa pemberontakan pun meletus. Dalam tempo 4 tahun dia terbunuh. Perpustakaan kerajaan dibumihangus, dan dinasti Qin sepenuhnya ditumbangkan.

Namun, karya usaha Shi Huang Ti yang sudah dirampungkannya bukanlah hal yang percuma. Orang Cina memang bersenang hati pemerintahan tiraninya sudah berakhir, tetapi, ada sebagian kecil yang berhasrat kembali ke suasana anarki seperti masa lampau. Dinasti berikutnya (dinasti Han) meneruskan sistem dasar administratif yang ditegakkan oleh Qin Shi Huang Ti. Dan memang dalam kenyataannya, sepanjang 21 abad kekaisaran Cina melanjutkan garis-garis yang sudah diletakkan. Meskipun sistem hukum Qin yang keras segera dilunakkan oleh para kaisar dinasti Han, dan biarpun keseluruh filosofi legalis sudah dijauhi dan Confucianisme menjadi lagi falsafah negara, penyatuan politik dan kultural yang sudah dibangun oleh Shi Huang Ti tidaklah luntur.

Secara keseluruhan, makna penting Shi Huang Ti untuk Cina sudahlah terang benderang. Orang-orang Barat senantiasa terpukau oleh besarnya ukuran Cina, tetapi umumnya sepanjang sejarah sebenarnya tidaklah lebih besar penduduknya ketimbang Eropa. Perbedaannya adalah, Eropa senantiasa terpecah-pecah menjadi negara kecil-kecil sedangkan Cina dipersatukan menjadi sebuah negeri besar. Perbedaan ini tampak berkat faktor-faktor politik dan sosial, bukannya lantaran faktor geografi.

Misalnya dalam hal jarak panjang pegunungan di Cina tidaklah banyak beda dengan apa yang ada di Eropa. Karuan saja, penyatuan Cina tidaklah bisa dianggap semata-mata kerja Shi Huang Ti seorang. Banyak orang (misalnya Sui Wen Ti) juga memainkan peranan penting, tetapi tidaklah perlu diragukan lagi Shi Huang Ti yang paling penting dari yang penting, dialah titik sentralnya.

Berbicara tentang Shi Huang Ti tidaklah tuntas sempurna tanpa menyebut-nyebut perdana menterinya yang cerdas dan hebat, Li Su. Memang begitu pentingnya pengaruh Li Su terhadap pengambilan keputusan kaisar sehingga sulit membedakan mana yang lebih menentukan diantara keduanya menyangkut perubahan-perubahan besar yang terjadi. Untuk terhindar dari kesulitan, saya menetapkan semua jasa-jasa perbuatan gabungan mereka kepada Shi Huang Ti.

Shi Huang Ti, antara lain akibat perbuatan membakar buku-buku, dikutuk oleh umumnya penulis-penulis berfaham Kong Hu Cu di belakang hari. Mereka mengutuknya sebagai tiran, kedukun-dukunan, penuh takhyul, berkemampuan kepalang tanggung. Sebaliknya, Cina Komunis umumnya memujanya selaku pemikir progresif. Penulis-penulis Barat kadangkala membandingkan Shi Huang Ti dengan Napoleon.

Tetapi, tampaknya dia lebih mirip dengan Augustus Caesar, pendiri kekaisaran Romawi. Emperium yang mereka dirikan sedikit banyak punya kemiripan dalam ukuran luas daerah dan jumlah penduduk. Bedanya emperium Romawi berdiri jauh lebih singkat dan daerah yang diperintah oleh August Caesar tidak mampu dipersatukan dalam jangka waktu lama. Tidaklah demikian pada Shi Huang Ti. Itu sebabnya Shi Huang Ti lebih punya pengaruh ketimbang Augustus Caesar.

http://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/iptek/100/Shih.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar