Selasa, 02 Agustus 2011

SAVE or INVEST ?!



Menabung atau Investasi? Jika penulis ingin bertanya hal tersebut, menurut Anda apa jawaban yang bisa Anda berikan atau apakah ada perbedaan di antara keduanya?

Sebelum saya membahas tentang Menabung dengan Investasi, izinkan penulis menyampaikan beberapa hal terlebih dahulu. Penulis teringat pada masa kanak-kanak dahulu bagaimana orangtua mengajarkan arti menabung, yaitu dengan menempatkan dana pada “celengan” dan ketika sudah penuh maka kita bisa mengambil uang yang sudah terkumpul setelah periode waktu tertentu.

Ketika beranjak dewasa, kita mulai mengenal dengan istilah Bank, di mana kita menyetor sejumlah uang tertentu dan kita diwajibkan membuka suatu rekening di bank tersebut. Setelah sekian lama menabung di bank dan bahwa sebenarnya Menabung bukanlah Investasi. Mengapa demikian?

Dalam sepengetahuan penulis saat ini ketika artikel ini dibuat, bunga bank sekarang berkisar antara 3-4% untuk tabungan dan sekitar 6-8% untuk deposito. Pertanyaan saya selanjutnya, apakah Anda tahu mengenai inflasi?

Penulis yakin Anda pernah mendengar kata inflasi, namun apakah Anda benar-benar mengetahui arti sesungguhnya arti inflasi yang sebenarnya? Secara sederhana, inflasi berarti kenaikan harga di dalam suatu perekonomian negara.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, rata-rata inflasi Indonesia antara 2005-2010 berkisar 8% hingga 9%. Artinya setiap tahun terdapat kenaikan harga sebesar 8%-9% pada kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.

Pengertian lainnya, kita harus membayar “lebih mahal” untuk kebutuhan pokok tersebut setiap tahunnya. Misalnya, harga beras saat ini Rp100.000/kg dengan inflasi 9%, maka kita harus membayar lebih mahal sebesar Rp109.000/kg.

Jika Anda bandingkan suku bunga bank saat ini dengan inflasi, menurut Anda saat ini apakah uang yang sudah Anda tabung setiap tahunnya mengalami kenaikan atau penurunan? Penulis yakin jawaban pertanyaan tersebut adalah penurunan.

Itulah sebabnya bank saat ini bukan tempat yang aman untuk kita berinvestasi. Bank hanya bisa digunakan untuk emergency fund atau kebutuhan sehari-hari dalam jangka waktu pendek.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika kita ingin mengembangkan uang kita? Maka jawaban yang paling tepat adalah INVESTASI. Masalahnya, bagaimana kita berinvestasi? Produk apa yang tepat untuk kita investasi?

Jika kita mengingat orang-orang zaman dahulu bahkan sampai sekarang, maka jawaban yang umum adalah tanah dan emas. Mengapa? Jawaban sederhananya adalah jumlah populasi yang bertambah menyebabkan harga tanah menjadi naik, sedangkan emas adalah sumber daya alam yang habis terpakai. Artinya, suatu saat supply emas akan habis, padahal emas merupakan produk investasi yang sering digunakan untuk investasi jangka panjang, tidak goyah terhadap inflasi dan sebagai perhiasan.

Masalah umum yang terjadi yaitu, kita membutuhkan modal yang umumnya relatif besar untuk investasi tanah dan penyimpanan jika kita berinvestasi pada emas. Itulah sebabnya, penulis juga ingin menambahkan ada produk investasi lainnya, yaitu produk-produk yang terdapat di Pasar Modal misalnya Obligasi, Reksa Dana maupun Saham.

Yang terpenting adalah bagaimana kita mau mengubah mindset kita dari banking minded menjadi investment minded. Jika Anda setuju dengan tolok ukur inflasi sebagai benchmark untuk menumbuhkan uang Anda dan Anda bersedia membuka diri dan pikiran terhadap produk-produk investasi lainnya, maka nantikan artikel selanjutnya.

Author: Jimmy Dimas Wahyu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar